Sebelum menulis artikel ini, saya menyempatkan diri untuk mencari inspirasi dengan traveling ke salah satu bukit di kecamatan Dawan, Klungkung. Tenangnya udara yang nyaman dirasakan, membuat pikiran saya menjadi fresh. Kemudian saya ingat salah satu lagu Nosstress yang berjudul Semoga Hanya Lupa. Lagu yang menceritakan alam yang kita diami sekarang. Akirnya saya terbesit untuk menulis artikel dengan tema realita alam Bali.

Alam Bali sesungguhnya sangat indah dan merukapan fundamen dari pariwisata Bali. Menengok pada zaman-zaman sebelumnya, keindahan alam Bali masihlah sangat asri. Hutan, sawah, gunung dan lautan yang membentang dengan indahnya seakan memberikan kita ketenangan jiwa. Kita dapat menikmatinya kapanpun kita mau karna alam adalah sahabat kita. Alam lah yang juga memberikan kita penghidupan yang layak. Banyak masyarakat yang hidupnya sangat berkecukupan karna alam. Namun, apakah kita hanya menikmatinya saja ?

Lihatlah alam pada era globalisasi ini, apakah ada perbedaan dengan alam sebelumnya ? Jawabannya tentu, ya. Banyak hutan yang dulunya alami, kini telah digunduli dengan berbagai alasan dan kepentingan satu pihak semata. Sawah yang dulunya membentang luas, kini telah berubah menjadi villa dan perumahan kelas elit. Gunung yang megah kini banyak dijadikan galian C, yang tak jelas izinnya. Laut dan pantai yang banyak mengalami reklamsi yang berakibat dampak yang kurang baik untuk masyarakat sekitarnyaa. Jika kegiatan tersebut dilakukan, maka alam Bali yang kita diami ini akan hilang secara perlahan. Selain kita menikmatinya, kita semua juga harus menjaga dan melestarikannya. Namun, dewasa kini hanya segelintir orang yang peduli terhadap alam Bali. Ingatlah, alam ini bukan milik kita, namun milik anak cucu kita. Jika kita hanya menikmatinya dan membiarkan alam ini perlahan hilang, maka anak cucu kita mendapatkan apa ?

Di sinilah tugas kita sebegai generasi pewaris untuk dapat menjaga dan melestarikan alam Bali untuk anak cucu kita kedepannya. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga alam ini, mulailah dari hal yang paling kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan. Kita juga dapat berkontribusi besar, seperti melestarikan persawahan yang ada di lingkungan sekitar. Dengan cara apa kita dapat melestarikannya ? Kita sering mendengar orang yang dulunya petani, banyak menjual berhektar-hektar sawahnya kepada investor karena iming-iming uang hasil jual sawah yang melimpah. Tapi jika dipikir-pikir lagi, bukankah itu hanya keuntungan sesaat ? Jika hanya mengandalkan cara menjual sawah, dan uang hasil jual sawahnya sudah habis kita nikmati sesaat, apa yang akan dilakukan selanjutnya, berpangku tangankah ? Begitulah pemikiran masyarakat pada umumnya. Jika kita mengubah pola pikir kita, pasti kita akan mendapat hasil yang lebih baik. Jika memang hasil dari sawah tersebut kurang, kita masih dapat merubahnya menjadi lahan agrowisata dengan menamam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan yang akan berguna untuk dirikita sendiri maupun orang lain. Disatu sisi, artinya kita tetap dapat menjaga dan melestarikan alam.

Selain sawah, laut yang merupakan sumber penghasilan para nelayan, kini makin tergerus oleh berbagai macam kegiatan, seperti reklamasi teluk Benoa yang katanya akan terealisasi. Reklamasi merupakan proses pembuatan daratan baru dari dasar laut atau dasar sungai (http://id.wikipedia.org/wiki/Reklamasi_daratan). Artinya, laut yang merupakan ladang bagi nelayan untuk menangkap ikan akan menyempit perlahan-lahan karena dijadikan daratan. Sebenarnya sah-sah saja melakukan reklamasi, asalkan kegiatan tersebut tetap mengacu pada konsep Tri Hita Karana agar tidak merugikan nelayan setempat. Selain itu, pemerintah juga harus memiliki syarat dan izin yang jelas mengenai kegiatan reklamasi. Jika reklamasi tersebut dilakukan, tentunya nelayan akan semakin susah untuk melaut karna wilayah laut  yang semakain sempit. Selain itu, dampak negative yang dapat ditimbulkan menurut pakar hidrologi dari Universitas Udayana, I Nyoman Sunarta, jika rencana reklamasi di sekitar perairan Teluk Benoa benar-benar terealisasi, maka akibat yang sudah pasti akan ditimbulkan yakni terjadinya perubahan arus air laut di sekitar perairan tersebut. Ia mengatakan, berdasarkan hasil pengamatannya akhir-akhir ini saja, sudah terlihat adanya kekacauan arus di sekitar Teluk Benoa. Hal tersebut nantinya akan diperparah lagi jika reklamasi dilakukan. Arus air laut yang seharusnya masuk ke Teluk Benoa akan mengalami perubahan lantaran adanya pulau-pulau marina di sekitar perairan tersebut. Kondisi ini akan mengakibakan terjadinya perubahan arus air laut beralih ke pinggiran pantai sekitarnya.''Arus air laut kan mestinya masuk ke teluk benoa, tapi karena dibuatkan pulau-pulau tadi, maka air laut tidak berpeluang lagi untuk masuk ke Teluk Benoa, sehingga air laut akan lari ke Sanur. Dia akan nabrak di situ,'' ujarnya

Jika sudah bisa kita bayangkan kedepannya, lebih baik kita melestarikanya daripada mereklamasi Teluk Benua. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk melestarikannya, seperti menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi, tidak menggunakan bahan peledak dalam mencari ikan agar ekosistem dan biota laut tidak tercemar dan menjadi rusak. Selain itu, kita juga dapet menjadikan laut sebagai destinasi wisata yang tentunya dapat memberikan pemasukan baik untuk pengelola, pemerintah, dan masyarakat sekitar karna tersedianya lapangan kerja .

 Dari contoh tersebut, banyak maanfaat yang kita dapatkan dari melestarikan alam. Selain itu, kita juga dapat mensejahterakan masyarakat sekitar dengan cara membuka lapangan kerja baru yang dapat memberikan penghasilan yang cukup.

Tidaklah cukup unutk memiliki pemikiran semata, kita juga harus memiliki action atas pemikiran kita., jangan sampai kita terlambat untuk menyadarinya. Menyadari bahwa “ Dewi Sri telah diganti dengan Dewi Sriwijaya “. Intinya, disini saya ingin mengajak masyarakat Bali, terutama kaum muda untuk ingat menjaga, memelihara, dan menyayangi alam ini. Jangan sampai, alam yang merupakan sahabat kita, membuat udara menjadi panas karena kemarahannya.

 

Daftar Pustaka :

https://www.facebook.com/BiruMedia/posts/547595778636664?stream_ref=5

 (http://id.wikipedia.org/wiki/Reklamasi_daratan