Kemampuan literasi masyarakat Indonesia saat ini masih sangat lemah. Hal tersebut telah dibuktikan dengan hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) yang memaparkan, bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang telah diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut.

 “Bagimana dengan remaja di Klungkung? Berapa banyak remaja Klungkung yang “haus” akan membaca?”

     Sering terlintas dalam benak mengenai kondisi minat baca remaja Klungkung saat ini. Hal inilah yang disebut dengan kemampuan literasi. Faktanya, kita masih banyak melihat dan mendengar budaya sontek-menyontek di kalangan remaja Klungkung. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kepercayaan diri akan kemampuan menyerap informasi dari membaca yang dimiliki remaja kita masih rendah sehingga “merangsang” mereka untuk menyontek. Selain itu, rendahnya kemampuan literasi remaja kita juga terlihat dari masih banyaknya remaja Klungkung yang tak kebagian jatah literasi tersebar di pelosok-pelosok desa terpencil di Klungkung.

     Ini bukanlah persoalan yang bisa dikatakan sepele. Remaja adalah generasi penerus bangsa yang mempengaruhi kualitas bangsa nantinya. Melalui membaca, remaja Klungkung akan lebih mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi, seharusnya kemampuan berliterasi dijadikan kebiasaan mulai sejak awal, khususnya saat memasuki fase remaja.

Mengapa saat fase remaja?

     Literasi akan mudah ditularkan sejak menginjak fase remaja. Remaja (12-17 tahun) adalah seorang anak yang telah mencapai kemampuan berpikir logis dari berbagai gagasan yang abstrak. Seharusnya mereka memanfaatkan kemampuan ini untuk meningkatkan kemampuan literasinya. Seperti “ala bisa karena terbiasa.” Jika kita membiasakan diri untuk berliterasi sejak remaja maka akan mudah untuk dijalani. Semakin dewasa, maka akan semakin membutuhkan usaha ekstra untuk menjalaninya. Karena akan ada semakin banyak pekerjaan yang berpotensi besar menunda kita untuk memulainya.

     Saat ini, untuk mengupgrade kemampuan literasi remaja Klungkung pemerintah telah menyediakan perpustakaan keliling (perpusling).Perpusling adalah bagian perpustakaan umum yang mendatangi Pemustaka dengan menggunakan kendaraan (darat maupun air), secara umum perpustakaan keliling berfungsi sebagai perpustakaan umum yang melayani masyarakat yang tidak terjangkau oleh perpustakaan umum (menetap) (Sulistyo- Basuki, 1991:48).

undefined

Sumber : Pribadi

 

     Bukannya sekarang sudah ada teknologi? Kenapa masih membaca buku lembaran? Sebagian remaja memang telah “ditelan” arus globalisasi, hal yang terjadi adalah mereka lebih suka “bersahabat” di media sosial atau browsing di Internet dengan tujuan hiburan semata, seperti menghabiskan waktu demi chatingan dengan teman sosmed atauhanya mendownload lagu dan film saja. Jadi, melalui buku yang menjadi salah satu sarana membaca di perpusling, diharapkan remaja Klungkung akan lebih terfokus untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

     Sayangnya, perpusling yang “digadang-gadang” menjadi program yang dapat mengupgrade kemampuan literasi ini masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh remaja. Perpusling pada dasarnya bukan hanya ditujukan bagi anak-anak yang mengikuti pendidikan formal di sekolah saja namun juga untuk anak yang putus sekolah. Fasilitas ini masih belum dapat dinikmati oleh seluruh remaja Klungkung karena cakupannya yang belum sampai ke pelosok-pelosok desa. Banyak remaja Klungkung yang putus sekolah dan menghabiskan waktu mereka untuk mencari uang demi menjadi tulang punggung keluarga. Literasi hanya menjadi angan-angan bagi kaum mereka. Hal tersebut menyebabkan bertambahnya jumlah remaja Klungkung yang memiliki kemampuan literasi di bawah rata-rata.

     Remaja Klungkung tidak hanya ada yang tinggal di kota saja, namun juga ada yang tinggal di desa-desa terpencil. Melihat kondisi ini, menurut saya perpusling ini perlu adanya perluasan jangkauan keliling. Bukan hanya stay di monumen saja, namun juga di desa-desa terpencil.

     Setelah melakukan riset kecil-kecilan saat sedang berkunjung ke perpusling yang sedang beroperasi di Monumen Puputan Klungkung, jumlah kunjungan semakin hari semakin sedikit. Hal tersebut membuktikan bahwa budaya literasi ini masih belum “membudaya”. Hal ini juga berdampak bagi keberlangsungan perpusling. Melihat kondisi ini, tentunya kita tidak menginginkan perpusling berubah status menjadi “kenangan”. Lalu, bagaimana cara membudayakan kegiatan literasi pada perpusling?

                        Memberikan reward kunjungan

     Menurut saya hal ini dapat dijadikan salah satu alternatif di dalam peningkatan kunjungan. Siapa remaja yang tak mau mendapat hadiah yang hadiahnya relatif mudah untuk didapatkan? Hal yang dapat dijadikan reward adalah sebuah voucher belanja di sebuah toko buku ternama. Dengan bekerja sama dengan sebuah toko buku ternama, minat remaja Klungkung dalam berkunjung serta memanfaatkan kunjungan mereka akan semakin besar.

                                    Melalui media sosial

     Dengan adanya kemajuan di bidang teknologi, menurut saya hal ini dapat dimanfaatkan khususnya untuk media sosial yang telah lama diluncurkan. Sebagian dari remaja Klungkung tentunya sudah tidak asing lagi dalam menggunakan media sosial. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan perpusling yang ada di Klungkung. Di sana kita dapat memaparkan pentingnya berliterasi dan reward yang akan didapatkan jika berkunjung ke perpusling ini.

                                    Kesadaran diri

     Kembali lagi pada diri sendiri khususnya remaja. Jika diri sendiri tidak mau adanya perubahan, orang lain bisa berkata apa? Masa remaja adalah penentu pantas tidaknya menuju kata kedewasaan. Jadi, sekarang pintar-pintarnya remaja tersebut membenahi diri. Jangan menunggu kata terlambat itu datang.

Oleh karena itu perpusling adalah tonggak peningkatan kemampuan literasi remaja Klungkung. Dengan demikian perpustakaan ini dapat melahirkan generasi yang gemar membaca.

 

Sumber referensi :

  1. Keterangan dari I Ketut Agus Gunawan selaku petugas Perpustakaan Keliling Kabupaten Klungkung
  2. http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-indonesia-sangat-rendah
  3. http://portalkurikulum.blogspot.co.id/2016/11/pentingnya-gerakan-literasi-sekolah-gls.html
  4. http://www.klungkungkab.go.id/index.php/baca-berita/7001/hubungi-kami
  5. http://rubik-search.blogspot.co.id/2016/01/tulisan-esai-tentang-menumbuhkan-minat.html