Indonesia merupakan negara pengguna kantong plastik terbesar ke 2 (dua) di Dunia setelah Tiongkok dengan konsumsi sekitar 9,8 milyar kantong plastik per tahun. Kantong plastik seakan tidak bisa lepas dari setiap sendi kehidupan masyarakat termasuk di Bali. Daerah Bali yang notabene menjadi destinasi utama pariwisata Indonesia seharusnya dapat menunjukkan kebersihan sehingga dapat memberikan rasa nyaman bagi setiap insan yang mengunjunginya. Namun nyatanya keberadaan sampah plastik justru semakin tidak terkendali.

Berdasarkan data dari Passenger Exit Surveytahun 2014, sebesar 40,95% wisatawan mancanegara memberikan nilai sedang dan hanya 5,79% yang memberikan nilai sangat baik terhadap tingkat kebersihan di Indonesia termasuk di Bali. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebersihan di Indonesia khususnya Bali sebagai destinasi utama harus mendapat perhatian lebih, untuk dapat meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan.

Isu terkait dampak negatif sampah plastik bagi lingkungan memang sudah menjadi perbincangan sejak lama. Namun action terhadap isu tersebut baru diterapkan dalam beberapa bulan terakhir, dengan ditetapkannya kantong plastik berbayar. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah langkah tersebut sudah tepat untuk diterapkan? Pasalnya masih saja bergulir di masyarakat pro dan kontra terhadap langkah penerapan kantong plastik berbayar tersebut.

Sebagian masyarakat menyatakan bahwa mereka tidak setuju, karena mereka menilai hal tersebut dapat memberatkan mereka. Namun di sisi lain banyak masyarakat yang mendukung kebijakan tersebut. Beberapa justru menilai bahwa harga kantong plastik tersebut terlalu murah. Lalu seberapa efektifkah kebijakan tersebut dalam mengurangi penggunaan kantong plastik?

Berdasarkan paparan Corporate Communication Manager PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, Arif Nursandi yang dilansir dari balitribune.co.id menyatakan bahwa penerapan kebijakan kantong plastik berbayar di beberapa daerah di Indonesia memang cukup efektif, namun hal tersebut tidak berlaku di Bali. Pasalnya penurunan penggunaan kantong plastik di Bali hanya sekitar 10%. Selain karena harganya yang relatif murah yakni Rp. 200,- per lembar hal ini juga dapat mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat Bali akan bahaya penggunaan kantong plastik bagi lingkungan masih sangat rendah.

Dalam hal ini kesadaran dan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan untuk menurunkan tingkat penggunaan kantong plastik tersebut. Kesadaran masyarakat untuk membawa tas belanja sendiri merupakan kunci utama dalam keberhasilan penerapan kebijakan ini. Selain itu, setiap toko, baik toko retail modern ataupun toko tradisional seyogyanya menyediakan tas belanja yang terbuat dari kain atau bahan yang dapat bertahan lama untuk digunakan kembali.

Bukankah Bali itu cantik? Apakah Bali akan tetap cantik jika penuh sampah plastik?

Masa depan Bali ada di tangan kita. Saatnya ciptakan tren baru dengan membawa tas belanja sendiri. “Save Plastic, Save Bali”

 

Artikel lain dari penulis

 

References:

Agustini, Ayu Eka. 2016. Kantong Plastik Berbayar di Bali Kurang Efektif. Available at: http://balitribune.co.id. diakses pada 22 Juni 2016.

Kementerian Pariwisata. 2016. Passenger Exit Survey 2014. Available at: http://www.kemenpar.go.id. diakses pada 22 Juni 2016.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. 2016. Hasil Survei: Efektivitas Uji Coba Kebijakan Kantong Plastik Berbayar pada Ritel Modern. Available at: http://ylki.or.id. diakses pada 22 Juni 2016.